Sabtu, 11 Desember 2010

Berbagi dengan Sahabat

Ketika hidup sudah tidak lagi senyaman sebelumnya, manusia cenderung mencari sebab menurunnya kualitas hidup. ‘Pencarian’ ini dalam perjalanannya, kemudian menjadi salah satu persoalan yang justru membuat hidup semakin jauh dari nyaman. Masing-masing individu mempunyai alasan tertentu untuk hidup tidak nyaman, dan rasa ketidaknyamanan tersebut dapat saja digolongkan oleh para pakar sesuai dengan kelompok identitas di mana orang tersebut berada.
Ketidaknyamanan dapat digolongkan ke dalam kelompok umur. Ketidaknyamanan anak dalam usia sekolah berbeda dengan ketidaknyamanan orang tuanya. Tentu saja, ketidaknyamanan seorang yang berada dalam usia pensiun, akan berbeda dengan ketidaknyamanan seorang yang berada dalam usia produktif.
Bukan hanya penggolongan usia saja ketidaknyamanan dapat dikelompokan; namun pengelompokan dapat juga didekati dengan profesi. Seorang yang berprofesi sebagai dokter akan mempunyai ketidaknyamanan yang berbeda dengan seorang yang berprofesi sebagai wartawan, dan tentu saja berbeda dengan ketidaknyamanan yang dialami seorang pengacara atau penasehat hukum.
Mungkin masih banyak lagi yang dapat kita lakukan dalam pengelompokan ketidaknyamanan tersebut, namun hal tersebut justru menempatkan ‘ketidaknyamanan’ ke tempat nyaman dalam mengganggu kehidupan manusia.

Penyakit Psikosomatis
Keadaan stress atau depresi sering kali menyebabkan atau menimbulkan gejala sakit fisik, yang disebut oleh para ahli sebagai penyakit psikosomatis. Tidak semua penyakit fisik disebabkan oleh faktor kuman/virus/bakteri yang berpengaruh kepada sistem imunitas seorang penderita. Demikian juga halnya, bahwa tidak semua penyakit fisik, disebabkan oleh gangguan fungsi organ vital di dalam tubuh.
Banyak sekali penyakit fisik yang disebabkan oleh Ketidaknyamanan yang dirasakan oleh  seseorang. Sebagai contoh adalah sariawan. Penyakit ini seringkali timbul pada seseorang, bukan disebabkan oleh kurangnya vitamin C, seperti yang diajarkan oleh guru kita di tingkat sekolah dasar. Penyakit sariawan, seringkali disebabkan oleh tekanan pada seseorang yang mengakibatkan orang tersebut tidak dapat menyampaikan pikirannya, atau pun pendapatnya. Tekanan tersebut menyebabkan hormon-hormon di dalam tubuh merespon dengan menumbuhkan sariawan.
Penyakit lain yang sering ditimbulkan oleh tekanan/stress/ketidaknyamanan adalah vertigo atau gangguan keseimbangan. Kebutuhan fisik yang terpenuhi, tidak diimbangi dengan terpenuhinya kebutuhan batin atau mental atau pun spiritual, akibatnya terjadi ketidak seimbangan dalam kehidupan mentalnya, yang kemudian diwujudkan oleh fisik berupa gangguan keseimbangan fisik. Contohnya adalah seorang istri yang telah bekerja keras mengurus rumah tangga, namun tidak mendapatkan cukup penghargaan bahkan pengakuan dari suaminya, sering menderita penyakit gangguan keseimbangan ini.
Masih banyak lagi contoh yang bisa dikemukakan terkait penyakit psikosomatis tersebut, yang selain disebabkan oleh ketidaknyamanan, dapat juga disebabkan oleh pengalaman traumatis di masa silam. Namun inti dari penyakit psikosomatis tersebut adalah adanya sumber penyakit di dalam diri kita, yang bersumber dari pikiran kita sendiri.

Mengapa Ketidaknyamanan?
Saya ingin menyebut setiap hal yang dirasakan kurang sesuai atau pun tidak pada tempatnya yang dirasakan seorang individu, sehingga menimbulkan hambatan tertentu sebagai Ketidaknyamanan. Kebanyakan orang menyebutnya dengan stress atau bahkan dengan istilah lainnya, seperti depresi, yang terdengar ilmiah, namun maknanya terlanjur lebih berat dari seharusnya.
Kata stress dan depresi adalah kata positif yang hampir selalu dikaitkan dengan hal negatif. Para pakar psikologi mempunyai cara pengukuran tertentu untuk mengetahui tingkat stress seseorang. Jikalau stress tersebut sudah mencapai tingkatan yang lebih tinggi, mereka menyebutnya sebagai depresi.
Saya bukanlah seorang pakar ilmu psikologi atau pun psikiatri, maka saya tidak ingin menggunakan istilah tersebut, karena saya tidak mempunyai referensi yang cukup untuk mendefinisikan stress dan juga depresi. Kemudian, saya adalah seorang yang senang dengan ‘ilmu’ berpikir positif dan afirmasi positif, sehingga saya lebih suka menggunakan kata ‘Ketidaknyamanan’. Para ahli Neuro-Linguistic Programming dan juga ahli teknologi pikiran (Mind Technology) bersepakat bahwa untuk pemrograman pikiran, sangat dianjurkan untuk tidak menggunakan kata negatif; karena pikiran dan otak manusia tidak mengenali kata-kata negatif tersebut. Jikalau perintah ‘tidak nakal’ selalu ditanamkan ke dalam pikiran anak kecil, maka dapat dipastikan anak tersebut menjadi nakal, karena pikirannya akan mencari arti kata nakal tersebut, dan mengkaitkannya dengan perilakunya.
Tertunduk pada hipotesa penggunaan kata negatif, saya memilih menggunakan kata ‘Ketidaknyamanan’ untuk menggambarkan hal-hal yang kurang atau tidak sesuai atau pun hal-hal yang tidak pada tempatnya, yang dapat menimbulkan hambatan tertentu pada manusia untuk mencapai suatu tujuan. Harapan saya, jikalau kita gagal menyelesaikan ‘Ketidaknyamanan’ tersebut, setidaknya pikiran kita akan berusaha mencari arti kata Nyaman dan mengkaitkannya dengan perilaku kita. Sounds like a win-win solution, right?

Pendekatan Penyelesaian
Saya ingin membantu siapa pun yang mengalami Ketidaknyamanan dalam hal apa pun, untuk bersama-sama menyelesaikannya. Sebagai sesama manusia, saya tidak mengatakan bahwa saya adalah seorang ahli menyelesaikan masalah, namun kita memiliki kesamaan dalam hidup ini, yakni sesama musafir kehidupan.
Pendekatan yang bisa saya lakukan adalah dengan berbagi, dan kemudian bersama-sama merumuskan jurus atau pun formula yang akan menjadi jalan penyelesaian masalah atau pun Ketidaknyamanan yang dihadapi. Saya tidak menyebut diri saya sebagai terapis, namun sebagai teman berbagi. Anda yang menghadapi Ketidaknyamanan, dapat berbagi melalui email, yang saya usahakan untuk saya balas dan tanggapi. Jika memang dari email tersebut, menghasilkan hasil positif kepada anda, maka itu sudah cukup bagi kami.

Penggunaan Ilmu Pengetahuan
Untuk menanggapi dan berusaha menyelesaikan Ketidaknyamanan yang anda alami, saya menggunakan ilmu teknologi pikiran yang saya miliki. Saya menekuni ilmu tersebut sudah hampir 8 tahun, namun karena keterbatasan yang saya miliki, maka saya tidak mempunyai ijazah atau pun sertifikat resmi yang mengesahkan ilmu tersebut. Ilmu yang saya miliki kebanyakan berasal dari Pelatihan-pelatihan dan Lokakarya-lokakarya, seperti ‘pikiran alpha’, hipnosis dan banyak lagi macamnya.
Di samping ilmu tersebut, saya membekali diri saya dengan ilmu agama yang cukup. Meskipun demikian, saya tidak membatasi ‘sahabat’ saya harus berasal dari agama yang saya anut, karena saya percaya universalitas agama yang saya dalami tersebut, sehingga ilmunya akan juga bersifat universal.
Sebagai seorang sahabat, saya tentu saja tidak dapat membatasi Ketidaknyamanan yang dihadapi oleh anda, namun saya merasa bahwa saya dapat berbagi terutama dalam Mengapresiasi (menghargai dan menanggapi) orang sakit (anggota keluarga). Banyak pengalaman yang telah saya lalui dalam menangani, menanggapi, menindaklanjuti, bahkan mengasuh orang yang sakit. Kiranya pengalaman tersebut dapat saya bagi, sehingga sahabat saya dapat bersikap lebih baik dalam sakitnya ataupun menyikapi penyakit yang diderita anggota keluarganya. Dengan izin Tuhan, saya berniat meringankan Ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh sakit atau pun penyakit yang diderita oleh sahabat atau orang lain yang dipedulikannya.

Cara berbagi
Karena kesibukan saya, saya akan menyempatkan diri untuk menjawab ‘Ketidaknyamanan’ yang sudah dengan rela dibagi kepada saya oleh Sahabat saya. Namun, waktu yang bisa saya sisihkan hanyalah di waktu malam, karena saya harus tetap bekerja di pagi dan siang hari. Karena keterbatasan waktu berbagi, maka saya pun harus tahu diri untuk membatasi diri, hanya menerima ‘bagian’ yang memang saya berkemampuan untuk memberi masukan bagi penyelesaiannya.
Ada beberapa catatan yang perlu kami sampaikan kepada anda, calon sahabat kami, bahwa:
  1. Kami bukan paranormal atau pun psychic healer (penyembuh dengan kemampuan supranatural), maka kami menghindarkan diri kami dari usaha-usaha menerawang secara jarak jauh.
  2. Kami bukan terapis yang melakukan terapi penyembuhan, dengan metode penyembuhan apa pun. Yang dapat kami lakukan adalah berusaha merubah ketidaknyamanan saudara menjadi kenyamanan dalam menyikapi sakit atau penyakit yang diderita oleh saudara atau orang yang anda perduli. Dengan demikian, kami tidak melakukan diagnosa apa pun.

Minggu, 05 Desember 2010

Parodi Sebuah Fragmen Kehidupan (lanjutan)

Petruk Jadi Lurah (Bag. 2)

Masih di pertemuan antara Prabu Dwarawati, Mangkubumi dan Patih. Mereka melanjutkan meeting untuk menindaklanjuti temuan-temuan Tim Pencari Fakta.

Prabu:
Togog, tadi kamu bilang ada prestasi si Petruk itu. Coba jelaskan!

Mangkubumi:
Ampun Gusti, Bibihampa tercatat bebas korupsi yang dilakukan aparat kelurahan……

(Belum selesai kalimat sang Mangkubumi, Prabu sudah menyergahnya.)

Prabu:
Lho kata kamu tadi, si Petruk memang korupsi. Piye sih?

Mangkubumi:
Ampun Gusti ingkang Sinuhun, hamba salah ucap. Apa yang saya maksud adalah kesalahan prosedur. Toh gusti sendiri dengar dari Bendahara, bahwa tidak ada kesalahan yang namanya korupsi.

Prabu:
Iya juga ya. Lalu apanya yang salah dong?

Togog merasa lega, karena prabu tidak melanjutkan kemarahannya. Padahal dia sendiri sudah was-was setengah mati. Di Bibihampa memang tidak ada korupsi yang dilakukan aparat kelurahan, namun keseluruhan korupsi dilakukan oleh sang Lurah. Toh dia tidak berbohong kepada gusti Prabu.

Patih:
Walah, nampaknya Petruk difitnah ini. Saya sendiri sudah bilang ke Petruk untuk sabar menghadapi fitnah kepadanya. Saya malah menjanjikan, kalau dia sudah tidak kerasan di Bibihampa, saya akan bilang ke Ingkang Sinuhun untuk memindahkan Petruk ke tempat lain.

Prabu:
Oh begitu. Kamu koq lancang, gak tanya dulu ke saya, langsung janji ke bawahan saya seperti itu?

Patih:
Nyuwun sewu Sinuhun. Toh biasanya Sinuhun sangat percaya kepada saya. Jadi saya yakin kalau yang saya sarankan pasti tidak ditolak oleh ingkang Sinuhun.

Prabu:
Halah, yo wis lah. Kamu berdua keluar sana… saya mau mikir dulu.

Mangkubumi dan Patih:
Matur sembah nuwun gusti. Kawulo pamit.


(di luar ruangan meeting, kedua petinggi negara tersebut berjalan sambil mengobrol).
Mangkubumi:
Bu Limbuk, saya sebenarnya tahu kalau si Petruk itu salah. Tapi waktu saya wawancara, dia mengancam akan melaksanakan tindakan sesuai posenya.

Patih:
Lho emang ada apa dengan posenya Petruk, pak Togog.

Mangkubumi:
Ibu kan tahu, Petruk itu tinggi besar. Pose nya selalu tangan kanan menunjuk ke atas, sedang tangan kirinya menunjuk ke bawah dan kepalanya mendongak ke atas.

Patih:
 …terus?

Mangkubumi:
Itu kan posisi menantang. Kalau sampeyan yang di atas menurunkan saya, ini dilihat dari pose muka yang mendongak dan tangan kanan yang menunjuk lho bu Limbuk. Maka saya akan menurunkan kalian juga, ini ditunjukkan dengan tangan kiri yang menunjuk ke bawah.

Patih:
Oh gitu tho. Untung aja sampeyan bijak ya pak, jadi bisa menyaring informasi yang harus diterima oleh Sinuhun Prabu. Kalau nggak bisa-bisa Prabu salah langkah dan melengserkan Petruk. Kalau udah gitu kan, bisa-bisa Petruk bertindak yang bukan-bukan untuk menjatuhkan Sang Prabu.

Mangkubumi:
Lha iya. Kalau Sinuhun berhasil dilengserkan sama Petruk, lha kita ikut siapa?

(Patih dan Mangkubumi sama-sama tertawa terbahak-bahak menikmati 'kepandaian' mereka).

Pesan Moral:
Walah, koq orang-orang pintar di dalam pemerintahan Prabu Dwarawati, Prabu Kresna, ternyata hanya mementingkan diri sendiri. Mereka tidak siap menerima jika suatu saat pemimpinnya harus lengser. Mereka berusaha melanggengkan kekuasaan sang Prabu, dengan segala cara, meski harus menutupi kebusukan yang dapat membahayakan keutuhan Kerajaan Dwarawati.

Kesalahan juga dilakukan oleh Prabu Kresna, yang memilih aparatnya tidak sesuai dengan kompetensinya. Mereka bukan orang-orang yang tepat. Contohnya adalah interpretasi mereka terhadap pose Petruk. Sejak dulu Petruk berpose demikian, tangan kanan menunjuk ke atas, dan tangan kiri menunjuk ke bawah, dengan kepala mendongak. Pose yang demikian senantiasa menunjukkan pesan, agar mereka yang di atas sana selalu mengingat mereka yang ada di bawah. Sebagai Lurah, Petruk Kanthong Bolong yang asli, selalu bersikap seperti posenya, saat menasehati tuan yang dibimbingnya. Julukan Kanthong Bolong sendiri memiliki makna bahwa dia tidak pernah menimbun harta, dan selalu membagikannya kepada yang membutuhkan, seperti sebuah kantong yang berlubang.

Pembantu-pembantu Prabu Kresna, yakni Togog, Limbuk dan Lesmono, bukanlah figur yang tepat menjabat di kerajaan Dwarawati. Togog, yang biasanya menjadi punakawan/pendamping figur antagonis, rupanya gamang untuk menjadi Mangkubumi (Perdana Menteri) di negara Dwarawati, negerinya kaum protagonis.

Sementara Limbuk, lebih payah lagi. Biasanya hanya menjadi mbok emban di kaputren, koq diangkat menjadi patih. Tentu ingin mempertahankan status quonya, dan tidak ingin kelihatan bodoh.

Lha Lesmono juga mempunyai peran yang nyeleneh. Pangeran manja dari negara Astina koq diangkat jadi bendahara. Susah dia hendak mengungkapkan kebobrokan, karena kebobrokan-kebobrokan sudah menjadi kebiasaan di negerinya. Sekali dia menemukan kebobrokan di Kelurahan Bibihampa, dia tidak tahu harus melaporkan atau tidak.

Petruk dan Gareng, adalah dua dari empat Punakawan (pendamping/penghibur), yang biasanya hanya bertugas menjadi abdi yang menasehati kebaikan kepada tuannya. Dalam perannya mereka selalu mendapat pimpinan dari Semar yang bijaksana. Saat mereka mendapat peran lain untuk memegang amanah yang lebih besar, nampaknya mereka terkejut, dan ikut masuk terseret derasnya arus kehidupan yang keji.

Mungkin kita sebaiknya tidak berhenti menjadi Bagong, adik terkecil dari Petruk dan Garing, yang berani bersikap untuk menyuarakan pendapat dan aspirasi kita. Tidak perduli apa pun, terjang sana terjang sini, demi untuk menyuarakan kebenaran.


Parodi Sebuah Fragmen Kehidupan

Petruk Jadi Lurah (Bag. 1)

Di sebuah kelurahan bernama Bibihampa, yang masuk kedalam negara Dwarawati. Warga kelurahan tersebut sudah lama tercekam dengan tingkah polah lurahnya yang memerintah bagai tirani. Tingkat kesejahteraan warga tidak pernah beranjak naik, semenjak kelurahan tersebut dipimpin oleh sang Lurah. Lurah juga selalu menetapkan kebijakan tangan besi dalam memerintah kelurahan tersebut. Siapa pun yang tidak sejalan dengannya akan serta merta dia singkirkan.

Intrik, menjadi sebuah tarian wajib bagi warga dan aparat pemerintahan desa, sehingga mereka dapat terselamatkan dari sepak terjang Lurah yang merajalela. Semula kelurahan ini menjadi salah satu proyek percontohan, yang ditetapkan oleh sang Prabu. Lurah yang dipilih pun titipan sang Prabu, yang menganggap Lurah adalah salah satu putra terbaik Dwarawati. Kelurahan lainnya yang lebih dulu ada, menganggap keputusan tersebut kurang pas, namun untuk protes ke Ingkang Sinuhun, ya kurang pantas gitu lho.

Dengan berjalannya waktu, mulai tampak bahwa pilihan sang Prabu (ups, bukan pilihan sang Prabu nding, tapi calon yang digadang-gadang dan lolos pilkada) nampaknya salah. Lurah yang semula nampak manis dan penurut, senang melakukan penyelewengan. Anggaran Pembangunan dikeluarkan, tanpa hasil yang jelas. Ini jelas pelanggaran, tapi koq gak ketahuan ya?

Lurah pun mulai meninggalkan sang Prabu. Lurah tahu kalau Prabu sudah tahu bahwa Lurah banyak melakukan kesalahan dalam memerintah Kelurahannya. (sebenarnya sih, statement yang bener adalah Lurah merasa kalau Prabu tahu kesalahan yang dirasakan betul oleh Lurah dalam memerintah… hehehe, pasti malah makin bingung. Ya udah lah, yang di dalam kurung ini jangan dibaca). Akibatnya Lurah mulai enggan berkunjung ke Kotaraja, untuk menemui sang Prabu. Yang dilakukannya hanya menemui sang Patih dan sang Mangkubumi. Kalau berkunjung ke Kotaraja, Lurah selalu bermanis-manis melaporkan kemajuan di Bibihampa kepada sang Mangkubumi. Patih pun selalu mendapatkan feedback yang manis-manis aja dari Lurah, mengenai perkembangan pembangunan di Bibihampa. Oh ya, jika berkunjung ke Kotaraja, Lurah tidak lupa membawa oleh-oleh manisan buah pala buat Mangkubumi, supaya Mangkubumi tidak lupa bermulut manis melaporkan Lurah kepada sang Prabu, dan buah palanya menjadikan Mangkubumi mengantuk dan lupa menyampaikan kebenaran kepada sang Prabu.

Makin lama warga Bibihampa makin resah, dan berusaha mengadu kepada sang Prabu. Bagong, yang masih kerabat Lurah, diutus warga untuk menyampaikan uneg-uneg warga kepada sang Prabu. Mendengar pengaduan Bagong, sang Prabu dengan bijaksana menyampaikan salamnya kepada warga Bibihampa dan berjanji akan segera menindaklanjuti keluhan warga Bibihampa. Baru saja keluar dari ruang kerja sang Prabu, Bagong ditegor oleh sang Patih.

Patih:
Ngapain kamu ngadep Sinuhun Prabu sendiri? Koq nggak minta ditemenin pejabat pusat sih, seperti saya ini lho.

Bagong:
Lho, kemaren kan saya ngadep Mangkubumi bareng penjenengan, dan Mangkubumi menyarankan saya untuk menyampaikan langsung ke Sinuhun Prabu. Lho koq sampeyan baru sekarang keberatan, kenapa gak kemaren aja ngomong di hadapan mister Mangkubumi.

Patih:
Dasar kucluk, persis kayak namamu. Srudak-sruduk gak karuan. Kalau mangkubumi bilang begitu tuh maksudnya ya tunggu saya dampingi dong. Dasar bodo, pantes aja bisa dibohongi selalu sama Lurahmu yang dzalim itu.

Bagong:
Halah, sampeyan itu. Apa sekarang sampeyan mau nganter saya ngadep Sinuhun lagi?

Patih:
Yo wis gak usah. Sana pergi sana.

Bagong:
(… oalah Sinuhun…sinuhun, lha wong Limbuk koq dijadikan Patih. Makan aja gak bisa ngukur diri koq, makanya badannya segitu gedenya. Ora tau eling wong liyo, kroso bener dewe)

Berdasarkan laporan Bagong, sang Prabu Dwarawati, Prabu Kresno menerjunkan tim pencari fakta ke Bibihampa. Tim diketuai oleh sang Mangkubumi, Raden Togog, beranggotakan Limbuk dan Cangik. Selain itu, Prabu juga menitahkan kepada kantor bendahara, untuk menyelidiki kebocoran dana di pemerintahan kelurahan Bibihampa. Tim bendahara dipimpin oleh Bendahara negara, raden Lesmono, yang berpendidikan luar negeri.
Kedua tim bekerja paralel, dan dalam beberapa kesempatan juga saling bekerja-sama. Setelah masing-masing kerja selama 4 bulan, mereka telah kembali ke hadapan Prabu dan menyampaikan laporannya.

Mangkubumi:
Sinuhun, setelah hamba periksa, ternyata memang ada kesalahan prosedur dalam pemerintahan Lurah Bibihampa, Petruk Kantong Bolong. Namun demikian prestasinya juga baik koq sinuhun.

Patih:
Bener itu Sinuhun.
(Patih dan Mangkubumi saling melirik dan mesem-mesem)

Prabu:
Iyo…iyo. Lalu kenapa ada suara-suara sumbang?

Mangkubumi:
Halah, itulah kesalahan prosedurnya. Petruk itu korupsi buat memperkaya diri sendiri, manakala rakyatnya ada yang kelaparan. Tapi saya sudah peringatkan sama Petruk, kalau dia melanjutkan sepak terjangnya, saya ganti namanya jadi Petruk Kantong Bumpet.

Lesmono:
Ya ndak bisa gitu dong Mangkubumi. Di catatan kami, beliau tidak tercatat korupsi koq. Cuma ya itu, kegiatan pembangunannya mandeg, padahal anggaran terserap habis. Bingung saya.

Patih:
Jangan-jangan sampeyan yang meriksanya salah prosedur.

(sambil tersenyum sinis, patih melanjutkan)

Patih:
Itu lho pak Bendahara, seperti yang sampeyan lakukan sama Lurah Gareng di Dukuh Hihami? Di sana kan ada “permainan” kan?

(Merasa dipojokkan, bendahara merah mukanya dan menyahut)

Lesmono:
Halah, sampeyan ini. Yang ada kasus kan di Bibihampa, kenapa koq bawa-bawa Hihami? Pokoknya Sinuhun, kalau proyek pembangunan di Bibihampa masih seperti sekarang, saya menolak memberikan anggaran berikutnya.

(ngrasa kebablasan ngomongnya, Lesmono menurunkan nada suaranya)

Lesmono:
Eh, nyuwun sewu Sinuhun. Apa sinuhun ada arahan lain mengenai Bibihampa?

Prabu:
Ya sudah. Tolong dicarikan dana dulu untuk anggaran jangka pendek. Nanti mengenai kelanjutan Bibihampa, biar saya carikan jalan keluarnya. Sementara kamu undur diri dulu.

Lesmono:
Sendiko Gusti.

(Bendahara pergi keluar kantor Prabu, sambil menggerutu)

Lesmono:
(gusti nih terlalu percaya omongan Mangkubumi dan Patih. Lha wong Lurah jelas-jelas korupsi, koq gak diambil tindakan sih?)

(bersambung)


Kamis, 02 Desember 2010

Doa kepada sesama Manusia

Ya Allah, yang mengabulkan doa bagi setiap hamba. Kabulkanlah doa kami, janganlah Engkau biarkan seorangpun yang membaca doa ini mengalami kesedihan kecuali Engkau gembirakan, yang sakit kecuali Engkau sembuhkan, yang sendiri kecuali Engkau beri pasangan, yang berhutang kecuali Engkau bayarkan hutangnya, yang berharap keturunan kecuali Engkau beri anak yang sholeh. Amin ya robbal alamin.

(sumber: Mukjizat Sholat Dan Doa, salah satu page di Facebook)