Kamis, 13 Januari 2011

Ratapan Singa Sirkus

Sudah lebih lima tahun, saya bekerja di bisnis pertunjukan sirkus. Saya pun menjadi actor pertunjukan sirkus yang mahir. Banyak trik saya kuasai, dan bahkan karena keahlian saya, saya telah beberapa kali berpindah rink sirkus. Maklum saja, pemilik sirkus di mana saya bekerja, mempunyai beberapa kelompok sirkus yang masing-masing mempunyai tema dan keunikan tersendiri. Karena keahlian dan senioritas saya, setiap perpindahan rink pun, selalu saya sikapi dengan kegembiraan dan hati yang ikhlas. Sudah beberapa bulan ini atau lewat sudah setengah tahun, saya menjalani kehidupan yang sedikit kekurangan, karena imbalan yang saya terima dari pembagian penjualan tiket, tidak sebanding dengan usaha keras yang saya lakukan.
Di awal tahun yang baru ini, saya ingin mencoba gelanggang yang lain. Gelanggang yang lain itu mempunyai rink master yang berbeda dengan rink master di mana saya berakrobat di tahun sebelumnya, meskipun dimiliki oleh orang yang sama. Rink (gelanggang sirkus) yang sekarang banyak menampilkan sirkus dari benua hitam, manakala rink sebelumnya lebih didominasi pertunjukan dari timur tengah, dengan banyaknya interaksi antara manusia berikut dinamikanya. Selanjutnya akan saya sebut rink sebelumnya sebagai rink Timteng, dan rink saat ini akan saya namakan rink Afrika. Keduanya bersaing merebut penonton, dan juga tentu saja pujian dari sang pemilik kedua sirkus.
Karena saya sangat mahir memainkan berbagai permainan, maka pemilik menugaskan saya untuk bermain di rink Afrika, mungkin agar saya lebih terampil lagi memainkan banyak permainan. Karena penugasan, saya pun bersedia bermain di rink Afrika, karena permainannya berbeda dengan rink Timteng, namun saya mampu memainkannya, karena atraksi yang ditampilkan selama ini, dimainkan oleh banyak anak didik saya. Maklum, karena senioritas, saya banyak diminta untuk melatih para junior saya, dan semua saya latih dengan hati yang senang, tanpa imbalan materiil.
Gelanggang Timteng (gelanggang tahun lalu), saya ikuti dengan setengah hati, karena pembagian yang kurang adil dari pemasukan tiket masuk. Ketika pemilik sirkus memindahkan saya ke Rink Afrika, saya berharap di sini saya akan mendapatkan bagian lebih besar. Namun kenyataan tidak sejalan dengan harapan. Hambatan bukan berasal dari pembagian keuntungan, namun dari masing-masing rink master. Rink master Timteng merasa akan kehilangan saya, yang selama ini kinerjanya cukup baik (meskipun rewardnya sedikit). Rink master Afrika, menimbulkan hambatan bagi saya, karena rupanya beliau mempunyai calon sendiri yang akan dinaikkan menjadi ‘aktor unggulan’. Mereka bersama-sama atau sendiri-sendiri, secara tidak langsung, menegasikan ‘kepentingan’ pemainnya, bahkan ‘membantah’ arahan pemilik.
Saya jadi menduga-duga, ada apa gerangan? Saya sendiri tidak berkeberatan untuk bermain di kedua sirkus, selama saya mendapatkan ‘daging’ yang cukup untuk juga menghidupi keluarga saya. Seringkali saya diperintahkan untuk bermain di sirkus lain oleh pemilik, tanpa tambahan balas jasa. Ternyata, para rink master tidak menginginkan saya untuk bermain di kedua gelanggang sirkus. Mereka mengira, selama ini daging yang saya makan, sudah cukup untuk saya dan keluarga saya. Padahal, bagian daging yang saya makan, sudah dipotong oleh pengurus kandang, karena mereka harus memberikan tambahan pemasukkan pada para rink master. Dan pemotongan itu, selama ini tidak pernah saya permasalahkan. Namun, karena selama setengah tahun ini, saya merasa lapar, dan juga bagian untuk keluarga saya pun turut mengecil, saya protes kepada sang pemilik. Dan mungkin karena kasihan melihat kenyataan yang ada, maka sang pemilik berkeputusan memindahkan saya.
Saya pernah mengatakan kepada pemilik, karena sudah terlanjur mahir memainkan permainan di rink Timteng, saya tidak berkeberatan masih bermain di sana, sementara saya bermain tetap di rink afrika; asalkan imbalan yang saya terima lebih layak dari yang kemarin saya terima. Namun tetap saja, senyum sinis dan gelengan kepala yang saya terima dari para rink master.
Apakah saya harus MENGAUM lebih keras, hingga terdengar oleh Pengayom dan Perlindungan Satwa? Ternyata agak susah untuk menahan diri dari mengaum dan menerkam ‘mangsa’ di hadapan kita. Sangat sulit menjadi Singa Sirkus yang terlatih……………………..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar